Make To Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan, Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih besar. Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.
Di dalam MTS environment, kunci fokus aktivitas
manajemen permintaan adalah pada pemeliharaan persediaan barang jadi. Di
lingkungan ini, ketika konsumen membeli langsung dari persediaan yang tersedia,
pelayanan pelanggan ditentukan dengan apakah jumlah mereka di dalam stok atau
tidak.
Aspek kunci dari manajemen persediaan barang jadi
adalah penentuan kapan, berapa banyak, dan bagaimana mengisi kembali stok di lokasi
spesifik. Ini adalah perhatian distribusi fisik di dalam manajemen permintaan.
Beberapa perusahaan MTS mempekerjakan perencana gudang, pusat distribusi,
gudang lokal, dan bahkan vendor-managed inventory didalam
lokasi konsumen mereka. Manajemen dari rantai pasokan memerlukan informasi
dalam status persediaan di dalam berbagai lokasi, hubungan dengan penyedia
transportasi, dan mengestimasikan permintaan konsumen berdasarkan lokasi dan
jumlah.
Banyak perusahaan MTS berinvestasi dalam program lean
manufacturing dalam permintaan untuk menggeser trade-off,
dll untuk mencapai level layanan yang lebih tinggi untuk pemberian investasi
persediaan. Tanpa memperhatikan bagaimana trade-off keluar,
fokus manajemen permintaan di dalam lingkungan MTS adalah dalam menyediakan
barang jadi dimana dan kapan konsumen menginginkannya.
Contohnya yaitu perusahaan mie instan seperti
Indomie. Perusahaan ini terus menerus melakukan proses produksi agar tetap
memiliki persediaan kapanpun dan dimanapun konsumen membutuhkannya. Produksi
dilakukan secara masal dalam jumlah yang besar. Kemudian produk-produk mie
instan tersebut didistribusikan ke seluruh lokasi sehingga ketika konsumen
menginginkannya, mereka akan mendapatkan produk tersebut dengan mudah.
Make To Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus pada keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin, komputer untuk riset, dan lain-lain
Sistem manufaktur Make to Order (MTO) adalah sistem manufaktur yang beroperasi berdasarkan pesanan. Sistem manufaktur ini dibagi lagi menjadi MTO non-repetitif dan MTO repetitive
Kedua sistem MTO ini umumnya memiliki sistem produksi job shop, agar bisa mengakomodasikan order dengan ukuran yang kecil dan spesifikasi setiap order yang berbeda. Akan tetapi, untuk beberapa sistem manufaktur MTO yang berperan sebagai sub-kontraktor dapat memiliki sistem produksi flow shop, karena adanya kesamaan proses dalam sistem order yang diterima, misalnya sub-kontraktor produk semi konduktor, perusahaan pembuat tirai alumunium untuk jendela rumah dengan berbagai ukurannya, dan pabrik pengolahan karet alami.
Sistem produksi flow shop umumnya merupakan sistem produksi untuk sistem manufakturmake to stock (MTS) yang cenderung untuk memproduksi produk-produk dalam jumlah besar dan variasi yang sedikit. Pada sistem manufaktur MTS, peningkatan performansi stasiun kerja dilakukan dengan memeperbaiki cara kerja yang dilakukan di setiap stasiun. Sistem manufaktur MTO dapat juga memiliki sistem produksi flow shop, tetapi peningkatan performansi stasiun kerja tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki cara kerja melainkan juga dengan mengatur urutan order-order yang akan diproses.
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem produksi untuk sistem manufaktur MTO dapat berupa job shop maupun flow shop yang ditentukan oleh karakteristik urutan pengertian setiap order. Sistem MTO repetitif memiliki sistem produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya tidak mengikuti suatu aliran urutan pengerjaan tertentu, sedangkan sistem produksi flow shop diterapkan jika urutan pengerjaan setiap order mengikuti urutan pengerjaan tertentu. Sistem MTO repetitif job shop dengan urutan pengerjaan yang tidak mengikuti aliran tertentu mempunyai variasi urutan pengerjaan yang lebih tinggi dibandingkan MTO repetitif flow shop, sehingga perkiraan saat order akan diproses di stasiun kerja tertentu untuk MTO repetitif job shop akan relatif lebih komplek dibandingkan dengan MTO repetitif flow shop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar